Sabtu, 24 November 2012
Rabu, 03 Oktober 2012
Selasa, 02 Oktober 2012
CINTA YANG HILANG
Judul : Mencari Belahan Jiwa
Penulis : Ifa Avianti
Penerbit : Gema Insani
Cetakan : November 2006 ( cetakan pertama )
Tebal : 202 halaman
Buku
kumpulan Cerpen ini adalah sebuah karya dari seorang penulis yang
bernama Ifa Avianti yang lahir di Jakarta. Ifa adalah lulusan dari
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, jurusan Teknik Metalurgi.
Tulisannya berupa cerpen, cerbung, essay dan artikel tersebar pada
majalah Annida, Ummi, Muslimah, Amanah, Sabili, Noor, Safina, Paras,
Aisha, tabloid Fikri, Buletin Hanif, Q-Zone, serta portal Moslemworld.
Menulis
beberapa cerpen yang dimuat di antologi bersama teman-teman penulis
Forum Lingkar Pena, yaitu “Sembilan Mata Hati” (Pustaka Annida, Jakarta,
1998), “Ketika Duka Tersenyum” (FBA Pess, Jakarta,2001), dan “Semua
Atas Nama Cinta” (Ghalia, Jakarta, 2003), serta sebuah novel interaktif
bersama berjudul “Kembara Kasih” (Pustaka Annida, Jakarta, 1999). Tiga
tulisannya termuat dalam antologi kisah nyata para pejuang keadilan
bersama Helvi Tiana Rosa, Izzatul Jannah, dkk yaitu “Bukan Di Negeri
Dongeng” (Asy Syaamil, Bandung, 2003) dan masih banyak lagi karya-karya
bersamanya.
Selain
menjadi ibu dari putra kecil bernama Akna Mumtaz Ilmi, Ifa sedang
menulis beberapa buah buku, diantaranya adalah “Barbagi Bening Cinta”
(Kumpulan essay, Asy Syaamil, Bandung, 2204, kumcer dewasa “Langit Masih
Biru” (Almawardi Prima, Jakarta, Juli 2005), berbagaii kumcer dewasa
lainnya, juga kumcer remaja “Cinta Sudah Lewat” (Mizan, Bandung, 2005),
serta berbagai kumpulan essay dan dua novel teenlit islami.
Sekarang
Ifa tengah menunggu karya-karyanya lagi diterbitkan. Salah satu
cita-cita Ifa adalah belajar menulis artikel ilmiah sejenis jurnal,l
melanjutkan pendidikannya di bidang Creative Writing serta Materiall
Science.
Saya
akan mencoba memberikan sinopsis pada cerpen yang diberi judul “
Mencari Belahan Jiwa”. Cerpen ini menceritakan tentang seorang istri
dari Satria, dan seorang ibu dari tiga orang anak yaitu Aziz, Naura dan
Sofwan yang mempunyai kelainan bawaan yaitu autis, istri shalehah itu
bernama Vedha.
Berawal
dari teman semasa kecil Vedha yang biasa dipanggil Ve menjadi istri
Satria. Ve bersahabat dengan adik Satria, yang bernama Uci. Usia Ve satu
tahun lebih muda dari Satria dan seumur dengan Uci. Saat mereka masih
kecil mereka selalu bersama, Satria adalah pelindung bagi Ve dan Uci.
Namun, kebersamaan itu hanya sampai SMU, setelah Satria masuk Rohis dan
dia menjadi Ikhwan. Namun Ve dan Uci tak kehilangan teman mereka
mendapatkan 10 orang sahabat sekaligus yang sangat mererti mereka satu
sama lain. Diantara para sahabat-sahabatnya itu, hanya Ve yang belum
mengenakan jilbab. Ve masih ingin menjadi anggota OSIS, Cherleder, KIR
dan lain sebagainya.
Di
sekolah mereka, mengenakan jilbab adalah melanggar peraturan. Namun
suatu hari, Ve berbicara pada teman-temannya bahwa ia akan mengenakan
jilbab. Dan setelah Ve mengenakan jilbab banyak sekali masalah yang
ditimbulkan karenanya. Untuk itu, Ve kabur bersama Uci dan Satria.
Satria menjadi orang yang dingin dan cool. Setelah masalah
selesai Ve dan Uci kembali ke rumah masing-masing dan meneruskan hidup
mereka, dan tak lama setelahnya, Satria berbicara pada Ve bahwa ia dan
Ve telah dijiodohkan sedari kecil oleh kedua orang tuanya. Entah mengapa
hati Satria sangat bimbang dan akhirnya tujuh tahun setelahnya barulah
Satria menikahi Ve. Padahal dulu ada rasa cinta pada hati Satria untuk
Ve, tetapi mengapa semua itu sedikit demi sedikit menghilang.
Keluarga
kecil mereka sangatlah rukun, tetapi begitu sunyi.Ve adalah istri yang
tegar dan mandiri, ia berusaha menjadi yang terbaik bagi keluarganya,
namun itu bukan keinginan Satria.
Sampai
suatu saat, Satria berkenalan dengan Bening di chat room. dan
berlanjut. Satria tak pernah bertemu Bening, mendengar suaranya pun
belum. Namun ada perasaan sejuk apabila Satria memulai percakapan dengan
Bening. Ada perbedaan pada diri Bening dan Ve, Satria ingin menolk
semua rasa ini, dan ia beranikan untuk bertemu dengan Bening… apa yang
akan terjadi pada rumah tangga Ve dan Satria?? Siapakah sebenarnya
Bening itu??
Masih
ada cerpen-cerpen selain cerpen diatas, diantaranya adalah “Aku Jatuh
Cinta Lagi” yang menceritakan tentang sepasang suami istri yang sangat
sibuk sehingga tidak punya waktu untuk berdua, “Reunion Potpouri”
menceritakan tentang seorang anak bangsawan Jawa yang menikah denagn
rakyat biasa dan dikucilkan oleh keluarga besarnya, “Jodoh Alin” yaitu
menceritakan tentang seorang kaka angkat yang mencarikan jodoh untuk
Alin, serta masih ada lagi cerita-cerita yang dapat kita baca dalam buku
kumpulan cerpen ini.
Banyak
persamaan antara cerita satu dan lainnya, yaitu mengenai masalah suami
dan istri. Tetapi cerita yang ditampilkan beragam, mulai dari yang
selingkuh, sampai suami yang dingin. Cerpen-cerpen dalam buku ini bisa
dijadikan tuntunan agar kita bisa membina keluarga dengan baik, menjadi
istri yang shalehah bagi suami, serta suami yang harus menyayangi
istrinya. Namun, cerpen-cerpen ini mempunyai kekurangan dalam segi
bahasa, bahasanya terlalu bertele-tele dan sulit dimengerti. Buku
kumpulan cerpen ini cocok dibaca untuk kalangan yang sudah berumah
tangga atau sudah dewasa. Karena, bagi anak muda, segi bahasanya sulit
untuk dimengerti.
Tetapi,
dari keseluruhan cerita apabila dibaca dengan seksama, banyak sekali
pesan dan amanat dari penulis yang sangat berarti apabila kita akan
melangkah ke taraf pernikahan.
Sabtu, 29 September 2012
Tahanan Politik
Penyingkapan kejahatan pemerintah
Orba-Suharto ketika sejarah-gelap-bangsa tahun 1965 itu. Judulnya
MENEMBUS TIRAI ASAP - Kesaksian Tahanan Politik 1965,-. Penerbitnya
AMANAH LONTAR yang bekerjasama Yayasan Sejarah BudayaIndonesia,-
Amsterdam,- Buku ini sebagai kesaksian para pelaku - penderita - yang
terkena siksaan - hukuman - penjara - pemukulan dan sejenis kekejaman
lainnya. Tetapi karenapara pelaku langsung itu berhubungdengan adanya
berbagai sebab dan alasan dan juga sebab-sebab lainnya, maka cara
penulisannya dengan memewancarai pelaku dan penderita. Beberapa orang
secara langsung mencari dan menemui
para korban kejahatan pemerintah pada tahun 1965 itu.
Dengan melalui berbagai saringan - filter - pemeriksaan lagi - cek serta ricek, maka barulah bisa dikategorikan " lulus " buat bersaksi dan dihidangkan kepada pembaca. Sebagai penyusun buku ini, adalah HD. Haryo Sasongko - seorang yang juga terkena imbas penyiksaan dari rezim Suharto ketika Orba dulu itu. Haryo adalah seorang aktivis IPPI yang Sukarnois dan dengan otomatis dicap kiri dan PKI. Haryo juga sudah menulis beberapabuku tentang pengungkapanpenyiksaan rezim Orba-Suharto dan bukunya sudah beredar luas. Sekali ini Haryo turun langsung ke lapangan dan mencari orang-orang para korban penyiksaan yang masih hidup. Rupanya pembuatan buku ini, tentunya ada tim turun langsung buat memewancarai dan mencari serta mengumpulkan data-data dan bukti-hidup.
Dikata-pengantari oleh Mary S. Zurbuchen - seorang peneliti dibidang buat penulisan para korban penyiksaan dari sejarah-gelap-bangsa itu. Rasanya Mary inilah yang sangat keras buat mencari data-data tentang hilangnya Wiji Tukul tempohari. Kata-pengantar yang dibuat Mary, tadinya dari bahasa Inggris dan diterjemahkan ke Indonesia. Lalu Pendahuluan yang ditulis oleh Melani Budianta. Dua nama wanita ini sudah sangat dikenal sebagai orang-orang yang peduli kepada para korban 65,-
Dan kata-pengantar serta kata-pendahuluan kedua orang ini - sangat jelas - sangat informative - dan ada hal-hal yang baru kita ketahui. Sifantya membuka,mengungkap dan membeberkan. Dan pengungkapan itu, sangat berhasil. Isi buku ini ada 11 orang korban kejahatan 65, yang secara langsung terkena siksaan - hukuman - penjara dan berbagai kekejaman lainnya. Dari sebelas orang itu, ada nama Sumilah - Nama Saya Sumilah,- Sangat sulit dibayangkan dan sulit dipercaya - bahwa ditangkapnya Sumilah adalah karena "salah tangkap". Anak gadis yang baru berumur 14 tahun itu ditangkap karena disangka wanita itulah yang dimaksud harus ditangkap. Padahal maksudnya adalah yang bernama Sumilah - seorang guru dan katanya dituduh anggota Gerwani. Tetapi Sumilah anggota Gerwani itu tidak didapatkan - tidak ditemukan - ya, lalu tangkap saja wanita bernama sama itu - sama-sama nama Sumilah! Dan Sumilah yang lugu ini - adalah anak desa yang ikut orangtunya
berjualan makanan - jual gulai kambing di pasar. Ketika dia diciduk - orangtunya tidak tahu - adiknya yang sedang diasuhnya - terpaksa ditinggalkan begitu saja!
Tidak ada proses apapun- tidak ada pertanyaan lain - dan begitu diciduk lalu segera dibawa ke rumah tahanan- dan lalu dipenjara. Sumilah yang berumur 14 tahun itu - ditambah lagi dengan 14 tahun di dalam tahananan-penjara - menjadi bertambah duakalilipat, ketika di dibebaskan usianya28 tahun! Jadi setengah usianya ada dalam penjara. Kenapa semua ini bisa terjadi? Itulah kecerobohan - dan itulah kejahatan rezim Orba-Suharto. Orang - rakyat ditangkap - dipenjara - disiksa - dibunuh tanpa periksa,jauh dari sidang pengadilan.
Isi buku ini, semua kejadian yang benar-benar sangat sulit dibayangkan - tetapi benar-benar ada - dan benar-benar terjadi. Dan semua yang terjadi ini merupakan catatan sejarah dan bukti kejahatan rezim Orba-Suharto. Sudah tentu sangat tidak cukup buat dibicarakan dalam tulisan sependek dan sesingkat ini. Saya menganjurkan dan berpendapat - bacalah dan semoga akan lebih banyak lahirnya tulisan-tulisan dan buku-buku tentang pengungkapan kejahatan masa pemerintah rezim fasis Suharto dulu itu. Banyak dan banyak sekali hal-hal dan cerita lisan yang belum tertuliskan. MUmpung para korban
yang langsung terkena siksaan itu masih hidup - segeralah bereaktive buat menuliskannya. Siapa yang mesti menuliskannya? Ya, kita ini! Mereka yang langsung terkena siksaan - hukuman korban langsung yang kini masih hidup - tampaknya sudah enggan buat bercerita sendiri! Terlalu sakit - terlalu pedih dan terlalu dilecehkan sebagaiharkat manusia. Mereka benar-benar tidak diorangkan tidak dimanusiakan. Sungguh banyak yang rasanya harus kita kerjakan,-
para korban kejahatan pemerintah pada tahun 1965 itu.
Dengan melalui berbagai saringan - filter - pemeriksaan lagi - cek serta ricek, maka barulah bisa dikategorikan " lulus " buat bersaksi dan dihidangkan kepada pembaca. Sebagai penyusun buku ini, adalah HD. Haryo Sasongko - seorang yang juga terkena imbas penyiksaan dari rezim Suharto ketika Orba dulu itu. Haryo adalah seorang aktivis IPPI yang Sukarnois dan dengan otomatis dicap kiri dan PKI. Haryo juga sudah menulis beberapabuku tentang pengungkapanpenyiksaan rezim Orba-Suharto dan bukunya sudah beredar luas. Sekali ini Haryo turun langsung ke lapangan dan mencari orang-orang para korban penyiksaan yang masih hidup. Rupanya pembuatan buku ini, tentunya ada tim turun langsung buat memewancarai dan mencari serta mengumpulkan data-data dan bukti-hidup.
Dikata-pengantari oleh Mary S. Zurbuchen - seorang peneliti dibidang buat penulisan para korban penyiksaan dari sejarah-gelap-bangsa itu. Rasanya Mary inilah yang sangat keras buat mencari data-data tentang hilangnya Wiji Tukul tempohari. Kata-pengantar yang dibuat Mary, tadinya dari bahasa Inggris dan diterjemahkan ke Indonesia. Lalu Pendahuluan yang ditulis oleh Melani Budianta. Dua nama wanita ini sudah sangat dikenal sebagai orang-orang yang peduli kepada para korban 65,-
Dan kata-pengantar serta kata-pendahuluan kedua orang ini - sangat jelas - sangat informative - dan ada hal-hal yang baru kita ketahui. Sifantya membuka,mengungkap dan membeberkan. Dan pengungkapan itu, sangat berhasil. Isi buku ini ada 11 orang korban kejahatan 65, yang secara langsung terkena siksaan - hukuman - penjara dan berbagai kekejaman lainnya. Dari sebelas orang itu, ada nama Sumilah - Nama Saya Sumilah,- Sangat sulit dibayangkan dan sulit dipercaya - bahwa ditangkapnya Sumilah adalah karena "salah tangkap". Anak gadis yang baru berumur 14 tahun itu ditangkap karena disangka wanita itulah yang dimaksud harus ditangkap. Padahal maksudnya adalah yang bernama Sumilah - seorang guru dan katanya dituduh anggota Gerwani. Tetapi Sumilah anggota Gerwani itu tidak didapatkan - tidak ditemukan - ya, lalu tangkap saja wanita bernama sama itu - sama-sama nama Sumilah! Dan Sumilah yang lugu ini - adalah anak desa yang ikut orangtunya
berjualan makanan - jual gulai kambing di pasar. Ketika dia diciduk - orangtunya tidak tahu - adiknya yang sedang diasuhnya - terpaksa ditinggalkan begitu saja!
Tidak ada proses apapun- tidak ada pertanyaan lain - dan begitu diciduk lalu segera dibawa ke rumah tahanan- dan lalu dipenjara. Sumilah yang berumur 14 tahun itu - ditambah lagi dengan 14 tahun di dalam tahananan-penjara - menjadi bertambah duakalilipat, ketika di dibebaskan usianya28 tahun! Jadi setengah usianya ada dalam penjara. Kenapa semua ini bisa terjadi? Itulah kecerobohan - dan itulah kejahatan rezim Orba-Suharto. Orang - rakyat ditangkap - dipenjara - disiksa - dibunuh tanpa periksa,jauh dari sidang pengadilan.
Isi buku ini, semua kejadian yang benar-benar sangat sulit dibayangkan - tetapi benar-benar ada - dan benar-benar terjadi. Dan semua yang terjadi ini merupakan catatan sejarah dan bukti kejahatan rezim Orba-Suharto. Sudah tentu sangat tidak cukup buat dibicarakan dalam tulisan sependek dan sesingkat ini. Saya menganjurkan dan berpendapat - bacalah dan semoga akan lebih banyak lahirnya tulisan-tulisan dan buku-buku tentang pengungkapan kejahatan masa pemerintah rezim fasis Suharto dulu itu. Banyak dan banyak sekali hal-hal dan cerita lisan yang belum tertuliskan. MUmpung para korban
yang langsung terkena siksaan itu masih hidup - segeralah bereaktive buat menuliskannya. Siapa yang mesti menuliskannya? Ya, kita ini! Mereka yang langsung terkena siksaan - hukuman korban langsung yang kini masih hidup - tampaknya sudah enggan buat bercerita sendiri! Terlalu sakit - terlalu pedih dan terlalu dilecehkan sebagaiharkat manusia. Mereka benar-benar tidak diorangkan tidak dimanusiakan. Sungguh banyak yang rasanya harus kita kerjakan,-
Jumat, 21 September 2012
Langganan:
Postingan (Atom)